CORET-CORET

Masjid Terapung

Senin, 27 Mei 2013

|
Masjid_terapung


Jeddah dengan penduduk sekitar 1,5 juta jiwa, merupakan kota pelabuhan laut dan kota utama serta salah satu tempat pusat pemerintahan Kerajaan Arab Saudi yang dikembangkan sebagai kota internasional sekaligus pintu gerbang.

Jeddah bisa diartikan sebagai "nenek perempuan". Disebut demikian karena di sinilah dimakamkan nenek umat manusia yaitu Siti Hawa. Seperti umumnya makam di negeri ini, tidak ada tanda nama di atas pusara, cukup diletakkan batu kecil tanpa tulisan apa pun. Jadi jangan coba mencari di mana letak pusara Siti Hawa.

Saat kami berziarah ke pemakaman ini masih jauh dari bulan Zulhijah (Haji). Penjaga melarang wanita masuk, pengunjung tak boleh membawa kamera video pun tidak diperkenankan apalagi memotret. Jadi karena salah satu anggota rombongan kami seorang perempuan ya terpaksa dia menunggu di mobil.

Kota Jeddah sedikitnya memiliki tiga julukan, karena cantiknya disebut sebagai "Sang Pengantin Putri Laut Merah", karena letaknya disebut "Pintu Gerbang Dua Tanah Haram" (Mekah Al-Mukaramah dan Madinah Al-Munawarah). Karena sebagai kota bisnis "Kota di tengah Pasar".

Sebagai pintu gerbang Arab Saudi, Jeddah dilengkapi Bandara Internasional super sibuk diambil nama Raja Pertama Arab Saudi King Abdul Aziz. Bandara ini memiliki lima terminal, terminal khusus keluarga Kerajaan, terminal internasional umum, terminal internasional Saudia dan Saudia lokal, serta Terminal Haji.

Pada musim haji, setiap hari terdapat 244 penerbangan, karena itu tahun ini untuk mengurangi kepadatan, penerbangan haji sebagian dialihkan ke Bandara Amir Muhammad Abdul Aziz, Madinah.

Dari sekitar tiga juta jamaah haji tahun ini, Saudia menerbangkan hampir satu juta jamaah dari seluruh dunia, termasuk 90.000-an dari Indonesia. Dan sekitar 114.000 jamaah haji Indonesia diterbangkan Garuda.

Kota Jeddah ini terletak di sebelah barat Saudi Arabia berpantai Laut Merah pada 30° garis BT dan antara 21 - 28° LU. Persisnya di dataran rendah. Karena itu saat hujan di hulu dan banjir bandang 25 November lalu, Jeddah menjadi daerah terparah. Cuaca pada musim panas (Juni - September) 35-42° C dan pada musim dingin (November - Februari) 10-25° C.

Pada tahun 648 M kota ini diresmikan menjadi kota pelabuhan untuk Mekah dan sekitarnya oleh Khalifah Utsman bin Affan RA. Luas kota ini sekitar 300 Km2. Jeddah kini maju sangat pesat, pusat perbelanjaan megah berdiri di mana-mana, kalau dalam belasan tahun terakhir yang terkenal Corniche Commercial Center, di kawasan Balad, kini di mana-mana bertebaran pusat perbelanjaan level Internasional, sebuat saja Arabian Mall.
**

KOTA Jeddah juga boleh dibilang tak berbeda dengan kota metropolitan di negara lain. Singapura, Beijing, Tokyo dan Hong Kong, Manila yang pernah saya kunjungi. Di sini, banyak terdapat gedung-gedung berdesain modern, pusat perbelanjaan, dan rekreasi serta taman-taman kota yang lebih rapi, jalanan bersih kiri dan kanan tumbuh pepohonan rindang dan hijau.

Mobil-mobil tipe terbaru dan berkelas berseliweran, warna putih mendominasi karena menjadi warna favorit tidak saja di Jeddah, tetapi Arab Saudi secara umum. Dan yang unik, kendaraan jalannya sangat cepat. Di dalam kota bisa rata-rata 80 KM/jam.

Bedanya, mobil-mobil baru dan bermerk yang lalu lalang di jalan yang lebar dan mulus tersebut, perawatannya kurang. Jadi tidak heran kalau banyak mobil yang penyok. Kalau tidak terlalu parah, dibiarkan begitu saja. "Orang sini kan kaya-kaya, kalu mobilnya penyok, dibiarkan, kalau sudah bosan ganti yang baru," ujar Mohamad Abdul Hakim, mukimin Indonesia yang sudah 16 tahun tinggal di Jeddah.

Perbedaan lainnya tentu banyak, misalnya wanitanya tidak begitu saja bisa keluar rumah dan jalan sendirian. Kalaupun keluar rumah harus mengenakan cadar, dan wanita bersama wanita terkecuali jika memang bersuami istri (muhrimnya). Dan kebiasaan seperti itu memang tidak ada, wanita di sini paling-paling seminggu sekali ke mal kalau hari libur, hari Kamis malam Jumat.

Karena hari liburnya Kamis dan Jumat seperti umumnya di Indonesia Sabtu dan Minggu, maka pusat perbelanjaan selalu ramai, tidak hanya lelaki tetapi juga kaum nissa (perempuan), baik yang masih lajang. Bagi yang sudah berumah tangga membawa anak-anaknya berbelanja atau sekadar makan-makan.

**

JEDDAH dikenal dengan pantai Laut Merah, lebih dari 40 Km di pesisir ini telah dibangun tempat rekreasi luar biasa. Berada di tempat itu kita teringat dengan kisah tentang mukzijat yang diberikan Allah SWT berupa tongkat, Nabi Musa mampu membelah Laut Merah sewaktu dikejar bala tentara Raja Fir`aun, penguasa saat itu, demi menegakkan agama Allah.

Di sepanjang pantai laut Merah Jeddah ini, kebetulan kami beserta rombongan MCH menyusurinya bertepatan dengan malam Jumat (malam libur di Arab Saudi-Red) sekaligus malam 1 Muharam, malam tahun baru Islam 1431 Hijriah. Kami kemudian berhenti di seputar masjid yang lebih dikenal di Tanah Air sebagai masjid terapung.

Bayangan kami, di salah satu masjid yang terkenal di Laut Merah yaitu Masjid Terapung yang bernama aslinya Masjid Ar Rahman, ada sesuatu yang lain atau mengejutkan, pada malam tahun baru itu. Ternyata sama sekali tidak, sunyi. Bahkan di sepanjang pantai, sampai areal air mancur yang tingginya 150 meter (malam itu tidak diaktifkan), juga hanya beberapa pengunjung saja yang datang. Tetapi mereka datang bukan karena 1 Muharam, melainkan karena malam hari libur Jumat.

Suasana 1 Muharam atau peringatan tahun baru Islam di Arab Saudi khususnya Jeddah, jauh berbeda dengan di Tanah Air, di mana di Masjid atau Musala diadakan syukuran, baca AlqQuran, ada yang diisi dengan ceramah agama, bahkan ada yang mengisi dengan takbir keliling kampung dan keliling kota.

Di kalangan Islam "abangan" di Jawa, 1 Muharam yang dikenal dengan 1 Syuro (Asyura) diadakan acara "lek-lekan" atau tirakatan yang intinya berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Bahkan ada ada pula yang mengaitkan dengan acara mencuci keris atau benda pusaka.

Tanggal 1 Muharam sebagai tahun baru, tanggal 12 Rabiul Awal kelahiran Nabi Muhammad (Maulid), merupakan bagian dari hari-hari besar Islam yang di Indonesia dijadikan hari libur nasional. Tidak hanya di Arab Saudi, karena itu bid`ah, atau hal yang tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Di Indonesia hari-hari besar Islam tersebut umumnya dimanfaatkan sebagai sarana untuk mensyiarkan Islam. Pemahaman sederhananya, kalau kita sendiri sudah tidak mengenal hari-hari besar Islam, bagaimana Islam bisa berkembang? 

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Translate